Kualitas Lebih Baik, Jaga Martabat Warga

Wali Kota Kupang Serahkan Bantuan Rumah Layak Huni untuk MBR & Korban Bencana

SORE ITU, Sabtu (27/12/2025), di rumah keluarga Bapak Frans J. Mesak, di Kelurahan Fatufeto menjadi titik temu antara kebijakan dan kemanusiaan. Bukan sekadar penyerahan kunci, tetapi penyerahan harapan. Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, hadir langsung menyerahkan Bantuan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan korban bencana Tahun 2025.

Ia menyadari, masih banyak warga Kota Kupang yang hidup dalam kondisi rumah tak layak—atap bocor, lantai tanah berlumpur, hingga rumah yang tergenang air saat hujan turun.

“Perjuangan hidup itu tidak mudah. Tapi harapan itu harus hadir dan harus nyata di tengah kehidupan kita,” katanya.

Baginya, rumah yang layak adalah fondasi kehidupan. Di sanalah rasa aman tumbuh, keluarga berteduh, dan anak-anak bermimpi.

“Kalau rumahnya layak, keluarganya punya rasa aman. Anak-anak bisa tidur tenang, orang tua bisa hidup lebih bermartabat,” tambahnya.

Efisiensi Anggaran, Rumah Tak Boleh Dikurangi

Program ini sejatinya telah ditetapkan sejak 2024. Namun pada tahun berjalan, Pemerintah Kota Kupang menghadapi kebijakan efisiensi anggaran. Di tengah keterbatasan itu, Wali Kota memilih tetap berpihak.

“Uang perjalanan dinas dipotong semua. Saya dan Ibu Wakil bahkan tidak beli mobil dinas baru,” ungkapnya.

Namun satu hal tak bisa ditawar.

“Saya sampaikan ke Kadis PRKP, apapun caranya bantuan rumah tidak boleh kurang satu rupiah. Harus tetap 30 rumah. Potong saja uang perjalanan saya, tapi rumah rakyat tidak boleh dikurangi,” katanya tegas.

Air Mata Syukur di Balik Dinding Baru

Bagi para penerima, rumah ini adalah akhir dari kecemasan panjang.

Ibu Aksamina Sesfao, warga Kelurahan Lasiana, mengingat betul bagaimana keluarganya harus berjaga setiap musim hujan.

“Dulu kalau hujan bocor di mana-mana. Air masuk sampai ke tempat tidur. Sepanjang malam kami takut air naik. Sekarang kami punya rumah yang aman,” tuturnya haru.

Ibu Nurhabibah (60), janda penjual tempe di Pasar Inpres Naikoten, tak pernah membayangkan bisa memiliki rumah layak.

“Untuk makan sehari-hari saja pas-pasan. Memperbaiki rumah tidak sanggup. Terima kasih Bapak Wali Kota dan Ibu Wakil, terima kasih sudah melayani kami dengan kasih,” katanya lirih.

Sementara Bapak Imanuel Pay Tiba, selama bertahun-tahun hidup di sisa puing rumah yang terbakar pada tahun 2000, akhirnya melihat harapan itu nyata. Hal serupa dirasakan Bapak Fulgensius Poli, yang bersama istri dan dua anaknya tinggal di gubuk dari bebak dan seng bekas.

“Titip salam hormat dan terima kasih untuk Bapak Wali Kota dan Ibu Wakil. Kami orang susah merasa diperhatikan. Tuhan memberkati,” ucap mereka.

Bukan Sekadar Rumah

Pada tahun 2025, Pemerintah Kota Kupang membangun 30 unit rumah layak huni dengan nilai Rp80 juta per unit, terdiri dari 28 unit untuk MBR dan 2 unit untuk korban bencana, tersebar di 6 kecamatan dan 21 kelurahan, dengan total anggaran Rp2,4 miliar dari APBD Kota Kupang melalui Dinas PRKP.

Di balik angka dan data itu, berdiri rumah-rumah sederhana yang kini kokoh—dan di dalamnya, keluarga-keluarga yang kembali percaya bahwa mereka dihargai.

Rumah-rumah itu menjadi bukti bahwa kualitas yang dijaga adalah cara paling nyata menjaga martabat warga kecil. (Vic-BF/Vip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *